PEMBESARAN IKAN BERONANG (Siganus
lineatus)
PADA KARAMBA JARING APUNG
(KJA)
DI TELUK AMBON BAGIAN
DALAM
Umar Rifai , Niwan
Hendarto dan Abd Gani
Balai Budidaya Laut Ambon, Email : bbl
ambon@yahoo.co.id
Abstrak
Salah satu jenis ikan yang
diupayakan pengembangannya adalah ikan beronang. Mulai pembenihan hingga tahap
pembesaran baik di tambak maupun di KJA. Pasokan ikan beronang di pasar
domestik dan internasional masih mengandalkan penangkapan dari alam dan
sebagian kecil dihasilkan melalui budidaya secara tradisional bersama ikan
bandeng atau khusus ikan beronang. Namun pada beberapa negara seperti Israel, Guam,
Filipina, Figi dan Singapura, budidaya ikan ini sudah berkembang. Sedangkan
Indonesia usaha pembesaran ikan baronang baru dilakukan di beberapa tempat,
misalnya di kepulauan Seribu Teluk Banteng dan Kepulauan Riu.Kegiatan ini
bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan ikan beronang yang dipelihara dalam
keramba jaring apung (KJA) dan menambah keanekaragaman jenis ikan ekonomis yang
dibudidayakan.
Benih diperoleh dari benih
alam yang sebelumnya dipelihara dalam wadah waring ukuran 2x1x1,5m3
di KJA sampai ukuran benih 60 gram (13 cm). Selama pemeliharan diberi pakan
lumut sutera dikombinasikan dengan pakan rucah. Pemeliharaan selanjutnya di KJA
ukuran 3x3x4 m3 , sebanyak 300 ekor dengan memberikan pakan rucah
10% dari berat tubuh ikan. Frekuensi 2 kali sehari. Penambahan vitamin C dan
multivitamin diberikan sekali seminggu dengan dosis 3 gram/1 kg pakan. Tiap
bulan dilakukan pergantian jaring dan dilakukan sampling untuk mengukur berat
dan panjang serta tingkat kelansungan hidup.
Hasil yang diperoleh selama 6
bulan pemeliharaan berat akhir rata-rata 221 gram/ekor dengan tingkat
kelangsungan hidup (SR) 80,7%. Laju pertumbuhan harian ikan rata-rata diperoleh
0,62 % dengan panjang rata-rata ikan diakhir pemeliharaan 23 cm.
Kata kunci : Ikan beronang,
pertumbuhan,pakan rucah, SR
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini, pemamfaatan stok ikan laut di perairan
Indonesia, sebagaimana umumnya stok ikan di seluruh dunia sudah mendekati titik
jenuh. Hal tersebut tercermin dari ukuran ikan-ikan yang tertangkap dan laju
hasil tangkapan (“hook rate”) yang semakin kecil. Sementara kebutuhan akan ikan
peduduk Indonesia pada tahun 2015 diperkirakan sebesar 10-,5 juta ton atau
hampir 2 kali lipat potensi lestari stok ikan laut Indonesia. Untuk mengisi
kesenjangan antara ketersedian dan kebutuhan akan ikan serta sekaligus
menyediakan lapangan keja dan meningkatkan penerimaan devisa, para ahli
perikanan sependapat bahwa akuakultur harus dikembangkan. Bagi Indonesia pendapat
tersebut sangat tepat, mengingat potensinya yang amat besar dan belum
termamfaatkan secara optimal.
Salah satu jenis ikan yang diupayakan pengembangannya
adalah ikan beronang. Mulai pembenihan hingga tahap pembesaran baik di tambak
maupun di KJA. Pasokan ikan beronang di pasar domestik dan internasional masih
mengandalkan penangkapan dari alam dan sebagian kecil dihasilkan melalui
budidaya secara tradisional bersama ikan bandeng atau khusus ikan beronang.
Namun pada beberapa negara seperti Israel, Guam, Filipina, Figi dan Singapura, budidaya
ikan ini sudah berkembang. Sedangkan Indonesia usaha pembesaran ikan baronang
baru dilakukan dibeberapa tempat, misalnya di kepulauan Seribu Teluk Banteng dan
Kepulauan Riu. Penelitian pembesaran ikan Beranong telah dilakukan di perairan
pulau Pari (kepulauan Seribu) yang meliputi jenis Siganus guttatus, S.
Virgatus dan S. Canaliculatus (Romimohtarto,K dan Juwana,S. 2007).
Berdasarkan hal tersebut maka maka Balai
Budidaya Laut Ambon sebagai unit pelayanan teknis melakukan uji coba
perekayasaan pembesaran ikan baronang dikeramba jaring apung.
1.2. Tujuan
§ Mengetahui pertumbuhan ikan Baronang yang
dipelihara dalam keramba jaring apun (KJA).
§ Menambah keanekaragaman jenis ikan
ekonomis yang dibudidayakan.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi
Menurut Saanin (1968) dalam Widodo (1986) klasifikasi
ikan beronang (Siganus lineatus) adalah sebagai berikut :
Kelas :
Pisces
Sub Kelas :
Teleostei
Ordo :
Percomorphi
Sub Ordo : Siganoidea
Famili :
Siganidae
Genus :
Siganus Forskal, 1775
Spesies :
Siganus lineatus
Nama Umum :
Rabbit fish
Nama Lokal : Bronang-bronang, Madar, Limadar, Samadar,
Masadar dan masih banyak nama lainnya tergantung daerah.
2.2. Morfologi
Sub ordo
Siganoidae mempunyai ciri-ciri ; sisik sangat kecil agak memanjang, mulut kecil
dan ke ujung sirip punggung berjari-jari keras 13 dan 10 jari-jari lemah sirip
dada bundar, sirip perut berjari-jari lemah 3 dan diapit muka belakang oleh
jari-jari keras, sirip dubur 7 jari-jari keras dan 9 jari-jari lemah (Saanin,
1968).
Pada mulut yang
kecil terdapat sebaris gigi yang rapat. Bagian kepala berlekuk sedikit tepat di
atas mata, pada permulaan sirip punggung terdapat duri keras kecil dan mengarah
ke depan pangkal jari-jari keras pertama. Ciri khas jenis ikan ini semua mempunyai kantong bisa (racun) yang
berhubungan dengan jari-jari keras dari
sirip-siripnya. Warna ikan beronang pada umumnya berwarna kecoklat-coklatan tau
samapai hitam kehijauan. Badan bagian atas betitik pucat, kelabu atau kuning
emas, sedang bagian perut kadang-kadang titik tersebut kabur dan kelihatan
seperti garis-garis. Bagian belakan bukaan tutup insang (pre operculum) sebelah
atas berbecak hitam atau sama sekali tidak ada. Kadang-kadang sirip punggung da
dubur berwarna kuning sampai jingga (Widodo, 1986).
2.3. Cara Makan dan Kebiasaan Makan
Pada
prinsipnya ikan beronang baik yang masih muda maupun yang sudah dewasa bersifat
herbivora, sehingga dinamakan juga “ rabbit fish”. Akan tetapi sebenarnya pada
tingkat larva adalah pemakan plankton. Walaupun bersifat herbivora, tetapi
dalam pemeliharaan ikan baronang dapat juga menerima makanan lain seperti
pellet, cacahan ikan atau kerang-kerang, maupun tepung ikan. Selain itu dari
pengamatan isi perut dari kan yang ditangkap dari perairan alam kadang-kadang
terdapat sisa-sisa makanan dari hewan, seperti Amphipora dan Copepooda, Sponge,
Foraminifera, Spicula siliceos, larva ikan, Crustacea (Widodo, 1986).
2.4. Habitat dan Penyebarannya
Pada umumnya ikan
beronang terdapat dalam keadaan menggerombol dan mengelilingi daerah yang
berumput dan berkarang. Kadang-kadang ikan ini juga didapatkan di daerah hutan
bakau (mangrove) bahkan di pelabuhan yang pada umumnya telah tercemar. Ikan ini
tersebar luas di kawasan Indo Pasifik, terutama di teluk Benggala, teluk Siam,
sepanjang pantai Cina Selatan, Philipin. Di Laut Merah terdapat empat jenis
ikan bberonang dan diantaranya berimigrasi melalui terusan Suez ke laut Tengah.
Oleh karena itu ikan Samzdar (ikan beronang) merupakan kelompok ikan yang
kosmopolit (Widodo, 1986).
Khusus jenis S.lineatus
menurut Lam (1974) dalam Widodo (1986) bahwa habitat spesies ini berada
pada perairaian karang, sepanjang dermaga pelabuhan (dock) dan tempat yang
bervegetasi (grass flats). Juvenile menyukai tempat yang bermangrove.
II.
METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Agustus 2008,
bertempat di KJA Balai Budidaya Laut Ambon,
Teluk Ambon Bagian Dalam.
3.2. Bahan dan Alat
§ Benih ikan Baronang
§ Wadah pemeliharaan (KJA 3x3x4m3)
§ Pakan rucah
§ Peralatan Kerja
§ Vitamin/Multivitamin
3.3. Metode Kerja
Benih diperoleh
dari benih alam yang sebelumnya dipelihara dalam wadah waring ukuran 2x1x1,5m3
di KJA sampai ukuran benih 60 gram (13 cm). Selama pemeliharan
diberi pakan lumut
air tawar dikombinasikan dengan ikan rucah. Pemeliharaan selanjutnya di KJA
ukuran 3x3x4 m3, sebanyak 300 ekor dengan memberikan pakan rucah 10%
dari berat tubuh ikan. Frekuensi 2 kali sehari. Penambahan vitamin C dan
multivitamin diberikan sekali seminggu dengan dosis 3 gram/ 1 kg pakan. Tiap
bulan dilakukan pergantian jaring dan dilakukan sampling untuk mengukur berat
dan panjang serta tingkat kelansungan hidup.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji coba
pemeliharaan ikan beronang (Siganus lineatus) di keramba jaring apung
selama 6 bulan diperoleh hasil seperti tabel dibawah ini :
Tabel 1. Hasil Pemeliharaan
Ikan Beronang (S. lineatus) di KJA Selama 6 Bulan Pemeliharaan.
BULAN KE
|
JUMLAH
(EKOR)
|
BERAT
(GRAM)
|
PANJANG
(CM)
|
SR
(%)
|
SGR
(%)
|
KET
|
0
|
300
|
60
|
13
|
100.0
|
0
|
|
1
|
285
|
83
|
16.5
|
95.0
|
1.08
|
|
2
|
271
|
97.5
|
18
|
90.3
|
0.54
|
|
3
|
264
|
120.5
|
20
|
88.0
|
0.71
|
|
4
|
257
|
155
|
20.5
|
85.7
|
0.84
|
|
5
|
249
|
185.6
|
21.9
|
83.0
|
0.60
|
|
6
|
242
|
221
|
23
|
80.7
|
0.58
|
|
Pertumbuhan ikan
beronang yang baik sepenuhnya didukung oleh ketersediaan makanan yang cukup
yang diberikan selama pemeliharaan. Pada pemeliharaannya ikan beronang pada
saat benih diberikan lumut sutra dikombonasikan dengan pakan rucah dan
selanjutnya memasuki masa pembesaran sepenuhnya diberikan pakan rucah. Menurut
Widodo (1986) bahwa pada hakekatnya ikan beronang merupakan ikan herbivora akan
tetapi dapat menerima makanan tambahan yang berupa pellet, cacahan ikan dan
lain-lain.Sementara Laju
Pertumbuhan Harian (SGR) diperoleh 0,62 %.
Percobaan di tambak yang dilakukan Daud et
al.(1995) dalam Cholik et al.(2005) menghasilkan pertumbuhan beronang dari
berat awal 44.6 g menjadi 165.55 g dalam waktu kurun waktu pemeliharaan 84
hari. Selama pemeliharaan ikan diberi pakan pellet.
V.
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan
yang dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
-
Ikan
beronang (Siganus lineatus) yang dipelihara dalam keramba jaring apung
(KJA) selama 6 bulan diperoleh berat rata-rata di akhir pemeliharaan yaitu 221
gram dengan panjang rata-rata 23 cm.
-
Pada
akhir pemeliharaan diperoleh kelansungan hidup (SR) yaitu 80,5% sementara Laju
pertumbuhan spesifik (SGR) diperoleh rata-rata 0,62% gr/hari.
5.2. Saran
-
Untuk
mendapatkan hasil yang maksimal sebaiknya ikan beronang dipolikultur dengan
ikan lain seperti : Ikan kerapu, bandeng, napoleon, dll.
-
Memelihara
ikan beronang dengan berbagai spesies
selain Siganus lineatus seperti; Siganus
guttatus, S. Virgatus dan
S. Canaliculatus
DAFTAR PUSTAKA
Cholik,F., A.G. Jagatraya,
R.P. Poernomo dan A. Jauzi. 2005. Akuakultur Tumpuan Harapan Masa Depan Bangsa.
Masyarakat Perikanan Nusantara dengan Taman Akuarium Air Tawar TMII. Jakarta.
Danakusumah, E. 1986.
Beberapa Aspek Biologi Ikan Beronang (Siganus spp). Sub Balai Penelitian
Budidaya Pantai Bojonegara. Lampung.
Rahardjo, B.B. 1992. Teknik
Budidaya Ikan di Laut. Departemen Pertanian. Direktorat Jenderal Perikanan BBL
Lampung. Lampung.
Romimohtarto, K dan Juwana,
S. 2007. Biologi Laut. Penerbit Djambatan. Jakarta.
Widodo, S. S. 1986. Budidaya
Ikan Beronang. Balai Pengembangan Teknik Budidaya Laut. Lampung.
Zonneveld, Huisman dan Boon .
1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.